Selasa, 14 Mei 2013

How Special and Precious A Marriage is..(Hanya diperuntukkan bagi yang ingin menikah! )


"Banyak pasangan melakukan kesalahan dengan beranggapan, jika dua orang mengucapkan “Saya mau!” maka janji itu mengandung pengertian “ Kami telah mau!”. Mereka mengira bahwa dengan menaiki jenjang altar, mereka pun telah melonjak ke surga ke tujuh."
 (dikutip dari sebuah buku “The Letters for Karen”).

Saya sendiri bigung mengapa akhir-akhir ini senang menulis tentang pernikahan, pasangan hidup dan rumah tangga. 
hahaha.. 
munkin karena keseringan menghadiri pesta pernikahan kali ya,,, hehe 
Tetapi setelah saya renungkan, saya bersyukur diberi banyak pengalaman dan pelajaran berharga lewat apa yang saya boleh lihat dan alami, dan saya merasa hal ini patut untuk dibagikan kepada orang lain.
Seperti note diatas, tulisan ini hanya boleh dibaca bagi yang ingin menikah dalam hidupnya.  Hal ini untuk menghindari terkontaminasinya keinginan seseorang yang tidak ingin menikah! (hahaha,,just to refresh J ). Tujuan sebenarnya note tersebut adalah untuk memudahkan pemahaman kita dalam tulisan saya ini, bahwa semua manusia yang dimaksud di dalamnya adalah setiap manusia yang ingin memiliki pasangan hidup dalam perjalanan hidupnya.

       Setiap manusia pasti memiliki kriteria yang ingin mereka dapatkan dari seseorang yang akan menjadi pasangan hidupnya. Hal ini baik adanya, asal tidak berlebihan dan senantiasa sejalan dengan penyerahan kepada Tuhan ,tentunya. Setiap orang pasti ingin mendapatkan yang terbaik.
Tuhan berjanji dalam firmanNya  bahwa Ia telah merancangkan rancangan  damai sejahtera dan memberikan  hari depan yang penuh harapan. Hal ini juga berlaku dalam konteks pasangan hidup.
Tetapi hal ini sering disalahartikan menjadi penyerahan yang tidak berhikmat oleh manusia.

       Setiap kita diberi hikmat dan pengertian dalam mengambil setiap keputusan.
Seorang teman pernah bercerita bahwa dia yakin telah menemukan jodohnya dan ingin mengikat janji untuk membangun rumah tangga.  Awal semua itu adalah ketika dia menuliskan impiannya dan bertekad bahwa kekasihnya pada usianya yang ke 23 akan menjadi  suaminya, menjadi pasangan hidupnya. Ketika mencapai umur 23, dia pun berdoa dan bergumul kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan sang pujaan hati yang ditargetkan akan menjadi pasangan hidupnya. Sebulan berlalu, dia melihat bahwa doanya dijawab, ketika seorang pria datang ke dalam kehidupannya  dan dia sangat yakin untuk membangun mahligai rumah tangga bersama pria tersebut. Tetapi jauh di lubuk hatinya, ada keraguan, karena yang sebenarnya  adalah lelaki tersebut adalah seorang yang belum kenal Tuhan. Ia masih hidup dalam pesta pora dan kemabukan! Apakah lelaki seperti itu yang Tuhan sediakan buat dia?
 Disinilah letak pembodohan rohani! Bukankah sama saja perlakuan yang dibuat oleh wanita itu, baik kepada Tuhan maupun kepada ramalan-ramalan duniawi yang tidak bisa dipercaya.
(ARIES : Kamu akan menemukan seorang pria pada usiamu yang kedua puluh tiga, dan ia merupakan orang yang pertama kali menyapamu ketika kamu pergi ke pesta…   )


Coba Bandingkan ! bukankah sama saja??
Seorang yang telah mengetahui Kebenaran dan mengerti bahwa dalam mengambil keputusan ini haruslah berhikmat, maka ia tidak akan terburu-buru menikah, tetapi ia akan membawa lelaki tersebut untuk kenal  Tuhan terlebih dahulu dan membantunya untuk meninggalkan dosa-dosa kemabukan dan pesta pora tersebut, sebab inilah yang disebut Kasih.

       Pengenalan akan keluarga besar juga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. 
Saya masih tidak percaya ketika seseorang mengatakan bahwa dia telah siap untuk menikah, padahal belum mengenal secara keseluruhan keluarga dari kekasihnya. Bagaimana mungkin seseorang dapat mengasihi orang yang belum dikenalnya dengan baik?
Hal inilah yang sering menjadi permasalahan di dalam rumah tangga, ketika saling menyalahkan dan menyesalkan diri ketika diperhadapkan dengan keterkejutan sikap dan perbuatan dari keluarga pasangan mereka.
Maka dari itu, hubungan kasih dengan keluarga harus dibangun seiring membangun hubungan kasih berdua.
Dalam buku "The Letters for Karen" juga tertuang hal ini sehingga mendorongku untuk membagikannya dalam tulisan ini. Buku tersebut merupakan nasihat penuh kasih sayang seorang ayah  kepada anak perempuannya. Charlie W.Shedd  adalah seorang pendeta dan Karen ,putrinya, memintanya untuk mengirimkan surat-surat yang berisi nasihat untuk persiapannya menuju ke jenjang pernikahan.
Saya mengutip tulisan di buku tersebut yang mengatakan :
“Kau tak akan menemukan kedamaian dalam lubuk hatimu tanpa mengusahakan kedamaian dengan kakak ipar, adik ipar, mertua, bibi-bibi, paman-paman, para keponakan, dan seluruh anggota keluarga besar kita.”
Ketika membaca tulisan tersebut saya berpikir bahwa akan dengan mudah menemukan kedamaian itu jika hubungan kedamaian itu telah terbentuk sejak jenjang pacaran dan pengenalan. Hubungan kedamaian itu tentu saja terbentuk dari usaha untuk mendekatkan diri dan menjalin keakraban sehingga keluarga besar calon suami/istrimu telah menjadi seperti keluarga besarmu sendiri. Dengan demikian kasih yang kau berikan, bukanlah kasih yang pura-pura, tetapi kasih yang tulus sebagaimana kamu mengasihi keluarga besarmu sendiri.

“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22 : 39)

       Pada saat kelulusan saya dari bangku kuliah, kaka rohani saya memberikan sebuah buku yang berjudul "Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta".
Saya bertanya mengapa dia memberikan buku tersebut. Menurut saya mungkin akan lebih baik jika dia menghadiahi  saya sebuah buku yang berhubungan dengan pekerjaan, karena setelah menamatkan kuliah tentunya saya akan memasuki dunia kerja. Dari penjelasannya dan ketika akhirnya saya menikmati membaca buku tersebut hingga selesai, saya menjadi tahu seberapa pentingnya arti pacaran dan pernikahan dalam kehidupan orang Kristen. Kini saya mengerti bahwa pernikahan itu memang tidak main-main!
‘Kamu harus menjadikan pernikahanmu menjadi sesuatu yang begitu spesial dan sangat berharga’.
Demikian perkataan yang selalu saya ingat darinya.
Tentunya untuk mendapatkan sesuatu yang spesial dan berharga , kita juga harus memberi yang spesial dan membayar harga.
Contohnya saja untuk menang dalam suatu pertandingan pastinya seseorang akan berlatih dengan displin sebelum menghadapi pertandingan.
 Demi APA??? 
Demi meraih kemenangan, sesuatu yang berharga dan spesial baginya.
Demikian pula halnya dengan pernikahan. Jika kita mengerti bahwa pernikahan itu bukanlah hal yang main-main, maka kita akan memberi yang terbaik. Kita harus mempersiapkan yang terbaik.
Pernikahanmu adalah sesuatu yang spesial dan berharga.  Bagaimana kamu memandang pernikahan tersebut, demikian pula kamu memandang rumah tanggamu kelak.
Oleh karena itu, berilah persiapan yang baik untuk itu.
Saat itu aku mengambil sebuah pena dan menuliskannya di buku diaryku. Menuliskannya??
Ya, saya menuliskan langkah-langkah yang perlu dilakukan dari sekarang. :-D 
Ini dia daftarnya, mungkin dapat  berbagi dengan yang lain :
  1.  Berkonsultasi terus dengan Tuhan. Dia adalah penyedia segalanya. Dia adalah pribadi yang mengetahui segalanya. Tentunya Dia adalah pribadi pertama yang menjadi tempat curahan hati kita.
  2.   Berkonsultasi dengan Bapa atau Ibu Rohani, mereka yang menjadi pembimbing rohani kita.Hal ini sangat penting, agar persiapan kita selalu sesuai dengan persiapan yang benar.
  3.   Berbagi cerita dengan orang-orang yang telah berpengalaman.
    Mereka mungkin saja orang tua kita,saudara kita dan teman-teman kita. Pengalaman hidup mereka ,baik itu yang baik dan yang buruk sangat berarti untuk menjadi pelajaran-pelajaran berharga bagi kita.
     Ketika saya mendengarkan kisah baik atau buruk dalam kehidupan mereka, saya akan mengambil  kesimpulan dan pelajaran untuk saya dapat benahi di kehidupan rumah tangga saya nantinya.Saya teringat seseorang pernah berkata pada saya , “Kamu harus memilih penasihat yang tepat.”  Waktu itu saya tidak terlalu mempedulikan pernyataan tersebut. Tetapi ketika merenungkannya lebih dalam, saya mengerti bahwa faktanya memang selalu ada penasihat tepat dan tidak tepat dalam kehidupan kita. Karena itu, pilihlah penasihat yang tepat.
  4.    Membaca buku-buku rohani tentang bagaimana orang percaya menyikapi hubungan pacaran, pernikahan, sex, dan berbagai pelajaran lain yang sangat penting untuk diketahui dan dapat menjadi masukan dalam kita mengambil keputusan.
    Bahkan lebih baik lagi adalah bersama-sama mencari buku-buku yang tepat dengan pasangan dan membacanya serta mendiskusikannya bersama.. ohh,,co cweeettt 
     hehehe....
  5. Melihat ke dunia luar.Maksudnya adalah berikan kesempatan diri kita untuk bergabung dalam suatu komunitas, membiarkan diri kita benar-benar melihat keluar, keluar dari hubungan kasih dengan calon pasangan anda yang pastinya untuk menjaga pikiran kita tetap dapat berhikmat dengan baik. Banyak orang mengatakan, sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, merasa bahwa dunia ini hanya milik berdua. Mereka yang semula memiliki jiwa sosial yang baik, tiba-tiba menjadi sepasang manusia yang mengeksklusifkan diri atas nama cinta yang mereka bina.Jadi, tetap memberi waktu buat diri kita dan juga orang-orang lain di luar sana juga membantu untuk memberikan ruang bagi diri dan pikiran kita.
Untuk sementara saya hanya dapat menuliskan 6 hal ini, semoga dalam perjalanan selanjutnya saya terus mendapatkan pengalaman dan pelajaran-pelajaran berharga yang akan tertuang dalam lembaran-lembaran tulisan berikutnya.
Kemudian, bagaimana dengan persiapan itu ?
Saya masih sangat tidak percaya ketika seseorang berkata bahwa dia sudah siap untuk menikah, tapi tidak pernah memperhatikan persiapan yang telah dia lakukan. Mereka hanya mengatasnamakan
‘yakin satu dengan yang lain’. Whatt? Ciyyuuuussss?
Kalau begitu, dimana letak ke-spesialan dan ke-berhargaan pernikahan itu ???
  •     Tidak berkonsultasi dengan Tuhan ??Saya rasa hal ini tidak mungkin. Tapi yang mungkin terjadi adalah pembodohan rohani dan kurang berhikmat. Jangan sekali-kali menyamakan jawaban Tuhan hanya dengan mencocok-cocokkan keadaan dengan tanpa dasar yang jelas. Hikmat dikaruniakan kepada kita untuk dipergunakan. So, mari berhikmat ! J
  •     Tidak berkonsultasi dengan Bapa atau Ibu Rohani dengan alasan bahwa hal tersebut perlu dilakukan ketika memasuki konseling pernikahan saja. Hellooowww…!!
     Jangan mempermainkan hubunganmu sendiri. Seandainya konsultasi dilakukan hanya ketika  sepasang kekasih telah mengikat janji dan melakukan konseling pernikahan bersama-sama, apa yang terjadi jika salah satu ternyata menemukan kesalahan yang begitu fatal dari pasangannya??
    Jadi, sebelum menuju kearah sana, berkonsultasi lah secara pribadi. Ya, hanya untukmu pribadi.
  •   Tidak mau berbagi cerita dengan orang-orang yang berpengalaman.Hal ini memang jarang. Tetapi bukan tidak ada. Saya pernah mendengarkan salah satu kerabat saya menceritakan kehidupan rumah tangganya  yang mulai kacau. Hubungan dengan pasangan tidak lagi baik seperti sediakala ketika awal menikah. Dari cerita pengalaman kerabat tersebut, banyak  pelajaran-pelajaran berharga yang saya dapat dan saya menuliskan tekad serta solusi dalam lembaran-lembaran buku diary saya, untuk diri saya di kemudian hari.Banyak orang tidak mau mendengarkan hal-hal yang buruk,ketika mereka sedang menikmati hubungan pacaran dan persiapan menikah. Mereka hanya ingin mendengar hal-hal yang indah. Sebab, perasaan hati memang diliputi oleh kegembiraan dan kesenangan.Tapi, biarlah kita belajar dari setiap pengalaman hidup orang lain.
  •  Tidak memberikan waktu untuk membacan buku-buku rohani.Tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak membaca buku-buku rohani  tentang persiapan pernikahan bagi mereka yang memiliki keinginan untuk menikah. Hobby membaca atau tidak, bukan menjadi tolak ukur  penting tidaknya seseorang membaca buku-buku tersebut.Tetapi sekali lagi, bagi mereka yang ingin menjadikan pernikahan itu sesuatu yang spesial dan berharga, pastinya membaca buku-buku rohani tersebut menjadi sesuatu yang sangat penting, dan menjadikannya bagaikan sebuah pengalaman berlayar di lautan, terus dan terus berlayar. Hal ini juga dapat diibaratkan bagaikan memakan permen berbagai rasa, lagi dan lagi …
  •      Menutup komunitas. Hal ini yang sangat berbahaya. Seseorang mulai mengurangi waktu dengan komunitas di luar, terus sampai akhirnya menutup. Saya pernah menyaksikan sebuah sinetron di televisi yang memperlihatkan seorang wanita yang jatuh cinta dengan seorang pria. Waktunya habis tersita untuk fokus pada hubungan mereka. Dengan mengatasnamakan pengenalan lebih dalam, dia pun terus mencurahkan waktu dan perhatiannya untuk hubungan mereka. Sehingga pada suatu hari ketika sahabat dekatnya memberikan suatu pandangan negative tentang perilakunya ,yang mulai berkurang dalam hubungan sosialnya , ditambah lagi sahabatnya tersebut memberi pandangan negative terhadap pria,yang menjadi kekasih wanita tersebut. Tetapi dia tidak lagi mempedulikan perkataan sahabatnya. Sampai pada akhirnya dia benar-benar kecewa dan sakit hati ketika menemukan sendiri kesalahan-kesalahan yang disembunyikan oleh kekasihnya  di ujung hubungan mereka yang mendekati pernikahan.
          Dengan demikian, milikilah tetap keseimbangan dalam bergaul. Bukalah hati dan telinga untuk setiap pendapat yang datang, sesuai ataupun tidak sesuai dengan keinginan kita. Teliti dengan baik dan putuskan.


Wah,tidak terasa,tulisannya sudah sebanyak ini. Tapi saya bersyukur buat setiap pelajaran hidup yang Tuhan izinkan untuk aku dapat. Bersyukur  buat hati yang dilembutkan untuk menerima. Tangan yang ringan untuk menulis. Pikiran yang positif untuk mengolah setiap pendapat baik dan tidak baik, menjadi pelajaran-pelajaran baru sebagai bekal di hari depan. Dan bersyukur buat hari-hari yang akan terus berjalan dengan tantangan baru, semangat baru, harapan baru dan tentunya Kasih yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar